Jumat, 15 Mei 2015



Sering banyak tudingan bahwa poligami dilakukan karena mengikuti sunah Nabi Muhammad SAW. Namun apakah poligami yang dilakukan Nabi SAW sama dengan yang dilakukan kita sekarang ini ???

Menarik untuk diketahui, seperti dijelaskan Quraish Shihab, ternyata semua istri Rasulullah SAW setelah Khadijah wafat adalah janda-janda yang berusia di atas 45 tahun, kecuali Aisyah RA.

Janda-janda itu menjelang "senja"; tidak lagi memiliki daya tarik memikat. Pernikahan itu untuk tujuan menyukseskan dakwah atau membantu dan menyelamatkan para perempuan yang kehilangan suami.

Berikut ini profil para ummul mukminin selain Khadijah dan Aisyah:

* Saudah binta Zam'ah RA, seorang wanita tua, suaminya meninggal di perantauan (Etiopia) sehingga ia terpaksa kembali ke Makkah menanggung beban kehidupan bersama anak-anaknya dengan risiko dipaksa murtad.

* Hindun binti Abi Umayyah RA, yang dikenal dengan Ummu Salamah, semula bersuamikan Abdullah al Makhzumi, yang terluka parah dalam perang Uhud kemudian syahid. Ia sudah berumur, sampai-sampai pada mulanya Ummu Salamah RA menolak lamaran Rasul SAW sebagaimana telah menolak lamaran Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Demi meraih kehormatan dipersunting pesuruh Allah (Rasulullah SAW) dan demi anak-anaknya, ia menerima pinangan Rasulullah.

* Ramlah, putri Abu Sufyan RA, meninggalkan orang tuanya untuk berhijrah ke Habasyah (Etiopia) bersama suaminya. Tapi suaminya kemudian memeluk agama Nasrani di sana dan menceraikannya, sehingga ia hidup sendiri di perantauan. Maka melalui Negus, penguasa Etiopia, Nabi SAW melamarnya dengan harapan mengangkatnya dari jurang penderitaan, sekaligus menjalin hubungan dengan ayahnya yang ketika itu merupakan salah satu tokoh utama kaum musyrikin di Makkah.

* Huriyah binti Alharis RA, adalah putri kepala suku dan termasuk salah seorang yang ditawan pasukan Islam. Nabi SAW menikahinya sambil memerdekakannya dengan harapan kaum Muslimin dapat membebaskan para tawanan yang mereka tawan. Dan, seperti yang Beliau harapkan, semua tawanan yang dibebaskan pada akhirnya memeluk agama Islam.

* Hafshah adalah putri Umar Ibnul al-Khaththab RA. Ketika suaminya wafat, ayahnya merasa sedih melihat anaknya hidup sendiri, maka ia 'menawarkan' putrinya kepada Abu Bakar RA untuk dipersuntingnya. Namun yang ditawari tidak menyambut, maka tawaran diajukan kepada Utsman bin Affan, yang juga menolaknya. Ketika itu Umar RA mengadukan kesedihannya kepada Nabi SAW. Rasulullah kemudian meminang Hafshah RA untuk dirinya demi persahabatan dan demi tidak membedakan Umar RA dengan sahabatnya Abu Bakar RA putrinya, yakni Aisyah RA, juga dinikahi Rasulullah SAW.

* Shafiyah binti Huyay RA, putri pemimpin Yahudi dari Bani Quraizhah yang ditawan setelah kekalahan mereka dalam pengepungan yang dilakukan oleh Nabi SAW, diberi pilihan kembali kepada keluarganya atau tinggal bersama Nabi SAW dalam keadaan bebas merdeka. Dia memilih untuk tinggal bersama Nabi SAW. Di rumah itu, Shafiyah hidup terhormat sampai suatu ketika Nabi SAW mendengar seseorang yang memakinya bertubuh pendek. Nabi SAW menghibur Shafiyah sambil mengecam dengan keras pemakinya.

* Zaenab binti Jahesy RA, sepupu Nabi Muhammad SAW, dinikahkan langsung oleh Nabi SAW dengan bekas anak angkat dan budak beliau Zaid ibnu Haritsah RA. Rumah tangga mereka tidak bahagia, sehingga mereka bercerai dan sebagai penanggungjawab pernikahan itu Nabi Muhammad SAW manikahinya atas perintah Allah SWT, sekaligus untuk membatalkan adat Jahiliyah yang menganggap anak angkat sebagai anak kandung, sehingga ayah angkatnya tidak boleh menikahi bekas istri anak angkatnya itu. (QS Al Ahzab [33]: 36-37).

* Zainab binti Khuzaimah RA, suaminya gugur dalam perang Uhud dan tidak seorang pun -dan kaum muslimin ketika itu- yang berminat, maka Nabi Muhammad SAW pun menikahinya.

Itulah istri-istri Nabi Muhammad SAW yang keseluruhannya janda kecuali Aisyah RA dan yang beliau nikahi setelah bermonogami hingga usia 50 tahun lebih.(mozaik.inilah.com)


Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!