Selasa, 31 Maret 2015


Shalat berjamaah di masjid merupakan perkara yang lazim. Namun sesungguhnya Islam telah mengatur hal-hal khusus bagi wanita.
Sebaik-baik shalat wanita adalah di rumahnya. Karena Allah memerintahkan pada wanita untuk berdiam diri di rumah. Namun tidak mengapa ia keluar asalkan memperhatikan aturan seperti menutup aurat dan tidak menggoda pria. 
Kehadiran wanita untuk shalat berjamaah di masjid bukanlah sesuatu yang asing. Hal ini kita ketahui dari hadits-hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, di antaranya hadits Aisyah radhiyallahu anha. Kata beliau : "Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengakhirkan shalat Isya hingga Umar berseru memanggil beliau seraya berkata: Telah tertidur para wanita dan anak-anak . Maka keluarlah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau berkata kepada orang-orang yang hadir di masjid : "Tidak ada seorang pun dari penduduk bumi yang menanti shalat ini selain kalian." (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 566 dan Muslim no. 638)

Aisyah radhiyallahu anha juga berkata : 
"Mereka wanita-wanita mukminah menghadiri shalat Shubuh bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, mereka berselimut dengan kain-kain mereka. Kemudian para wanita itu kembali ke rumah-rumah mereka seselesainya dari shalat tanpa ada seorang pun yang mengenali mereka karena masih gelap." (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 578 dan Muslim no. 645)

Ummu Salamah radhiyallahu anha menceritakan :
"Di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, para wanita yang ikut hadir dalam shalat berjamaah, selesai salam segera bangkit meninggalkan masjid pulang kembali ke rumah mereka. Sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan jamaah laki-laki tetap diam di tempat mereka sekedar waktu yang diinginkan Allah. Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bangkit, bangkit pula kaum laki-laki tersebut." (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 866, 870)

Abu Qatadah Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu berkata : 
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : "Aku berdiri untuk menunaikan shalat dan tadinya aku berniat untuk memanjangkannya. Namun kemudian aku mendengar tangisan bayi, maka aku pun memendekkan shalatku karena aku tidak suka memberatkan ibunya." (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 868)
 
Dalam ajaran Islam, shalat wanita lebih baik di rumah. 
Dari Ummu Salamah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Sebaik-baik masjid bagi para wanita adalah diam di rumah-rumah mereka.” (HR. Ahmad 6/297. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan dengan berbagai penguatnya).

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Shalat seorang wanita di rumahnya lebih utama baginya daripada shalatnya di pintu-pintu rumahnya, dan shalat seorang wanita di ruang kecil khusus untuknya lebih utama baginya daripada di bagian lain di rumahnya(HR. Abu Daud no. 570. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). 


Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Shalat jama’ah bagi wanita itu lebih baik di rumahnya daripada mendatangi masjid. … Dan shalat wanita di rumahnya itu lebih menutupi dirinya dan lebih afdhol” (Al Majmu’, 4: 198).

Shalat wanita di rumah adalah pengamalan dari perintah Allah agar wanita diam di rumah. Allah Ta’ala berfirman, "Dan tinggallah kalian di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berdandan sebagaimana dandan ala jahiliah terdahulu" (QS Al Ahzab: 33).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, "Wanita itu adalah aurat. Jika dia keluar maka setan akan memperindahnya di mata laki-laki" (HR. Tirmidzi no. 1173, shahih).

Namun jika wanita ingin melaksanakan shalat berjama’ah di masjid selama memperhatikan aturan seperti menutupi aurat dan tidak memakai harum-haruman, maka janganlah dilarang. 

Dari Salim bin Abdullah bin Umar bahwasanya Abdullah bin ‘Umar berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Janganlah kalian menghalangi istri-istri kalian untuk ke masjid. Jika mereka meminta izin pada kalian maka izinkanlah dia" (HR. Muslim no. 442).

Sekali lagi, dilarang memakai harum-haruman ketika keluar rumah. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Wanita mana saja yang memakai harum-haruman, maka janganlah dia menghadiri shalat Isya’ bersama kami" (HR. Muslim no. 444). 

Dari Abu Musa Al Asy’ary bahwanya ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
"Seorang perempuan yang mengenakan wewangian lalu melalui sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai maka perempuan tersebut adalah seorang pelacur" (HR. An Nasa’i, Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad. Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’ no. 323 mengatakan bahwa hadits ini shohih)

Jika setiap wanita memperhatikan shalatnya dan menjaga kehormatan dirinya, maka ia akan mendapatkan keutamaan sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini : "Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka (HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Kemudian timbullah pertanyaan, apa hukum shalat berjamaah bagi wanita ?
Dalam hal ini wanita tidaklah sama dengan laki-laki. Dikarenakan ulama telah sepakat bahwa shalat jamaah tidaklah wajib bagi wanita dan tidak ada perselisihan pendapat di kalangan mereka dalam permasalahan ini.

Ibnu Hazm rahimahullah berkata (Al-Muhalla, 3/125): “Tidak diwajibkan bagi kaum wanita untuk menghadiri shalat maktubah (shalat fardhu) secara berjamaah. Hal ini merupakan perkara yang tidak diperselisihkan (di kalangan ulama).” Beliau juga berkata: “Adapun kaum wanita, hadirnya mereka dalam shalat berjamaah tidak wajib, hal ini tidaklah diperselisihkan. Dan didapatkan atsar yang shahih bahwa para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam shalat di kamar-kamar mereka dan tidak keluar ke masjid.” (Al-Muhalla, 4/196)

Al-Imam An-Nawawi rahimahullah menyatakan : 'Telah berkata teman-teman kami bahwa hukum shalat berjamaah bagi wanita tidaklah fardhu 'ain tidak pula fardhu kifayah, akan tetapi hanya mustahab (sunnah) saja bagi mereka." (Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, 4/188)

Ibnu Qudamah rahimahullah juga mengisyaratkan tidak wajibnya shalat jamaah bagi wanita dan beliau menekankan bahwa shalatnya wanita di rumahnya lebih baik dan lebih utama. (Al-Mughni, 2/18)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri telah bersabda kepada para wanita : "Shalatnya salah seorang di makhda’-nya (kamar khusus yang digunakan untuk menyimpan barang berharga) lebih utama daripada shalatnya di kamarnya. Dan shalatnya di kamar lebih utama daripada shalatnya di rumahnya. Dan shalatnya di rumahnya lebih utama daripada shalatnya di masjid kaumnya. Dan shalatnya di masjid kaumnya lebih utama daripada shalatnya bersamaku.” (HR. Ahmad, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam Shahih keduanya. Dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Jilbab Al-Mar’ah Al-Muslimah, hal. 155)

Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda : "Jangan kalian mencegah hamba-hamba perempuan Allah dari shalat di masjid-masjid-Nya." (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 990 dan Muslim no. 442)

Dalam riwayat Abu Dawud (no. 480) ada tambahan: "meskipun rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka." (Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Abu Dawud no. 576 dan dalam Al-Misykat no. 1062)

Dalam Nailul Authar, Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah berkata setelah membawakan hadits di Shalat mereka di rumah lebih utama karena aman dari fitnah, yang menekankan alasan ini adalah ucapan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika melihat para wanita keluar ke masjid dengan tabarruj dan bersolek.”[2] (Nailul Authar, 3/168)

Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah setelah menyebutkan hadits: “meskipun rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka”, menyatakan dalam salah satu fatwanya: “Hadits ini memberi pengertian bahwa shalat wanita di rumahnya lebih utama. Jika mereka (para wanita) berkata: ‘Aku ingin shalat di masjid agar dapat berjamaah.’ Maka akan aku katakan: ‘Sesungguhnya shalatmu di rumahmu lebih utama dan lebih baik.’ 
Hal ini dikarenakan seorang wanita akan terjauh dari ikhtilath (bercampur baur tanpa batas) bersama lelaki lain sehingga akan menjauhkannya dari fitnah.” (Majmu’ah Durus Fatawa, 2/274)

Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah juga mengatakan: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda demikian sementara beliau berada di Madinah dan kita tahu shalat di Masjid Nabawi memiliki keutamaan dan nilai lebih. 
Akan tetapi karena shalat wanita di rumahnya lebih tertutup baginya dan lebih jauh dari fitnah maka hal itu lebih utama dan lebih baik.” (Al-Fatawa Al-Makkiyyah, hal. 26-27, sebagaimana dinukil dalam Al-Qaulul Mubin fi Ma’rifati maa Yuhammul Mushallin, hal. 570)

Dari keterangan di atas, jelaslah bagi kita akan keutamaan shalat wanita di rumahnya. 

Setelah ini mungkin timbul pertanyaan di benak kita: Apakah shalat berjamaah yang dilakukan wanita di rumahnya masuk dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
“Shalat berjamaah dibandingkan shalat sendiri lebih utama dua puluh lima (dalam riwayat lain: dua puluh tujuh derajat)”. (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 645, 646 dan Muslim no. 649, 650)

Dalam hal ini Ibnu Hajar Al-’Asqalani rahimahullah menegaskan bahwa keutamaan 25 atau 27 derajat yang disebutkan dalam hadits khusus bagi shalat berjamaah di masjid dikarenakan beberapa perkara yang tidak mungkin didapatkan kecuali dengan datang berjamaah di masjid. (Fathul Bari, 2/165-167)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri telah meriwayatkan akan hal ini dalam sabdanya:
“Shalat seseorang dengan berjamaah dilipat gandakan sebanyak 25 kali lipat bila dibandingkan shalatnya di rumahnya atau di pasar. Hal itu dia peroleh dengan berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, lalu ia keluar menuju masjid dan tidak ada yang mengeluarkan dia kecuali semata untuk shalat. Maka tidaklah ia melangkah dengan satu langkah melainkan diangkat baginya satu derajat dan dihapus darinya satu kesalahan. Tatkala ia shalat, para malaikat terus menerus mendoakannya selama ia masih berada di tempat shalatnya dengan doa: “Ya Allah, berilah shalawat atasnya. Ya Allah, rahmatilah dia.” Terus menerus salah seorang dari kalian teranggap dalam keadaan shalat selama ia menanti shalat.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 647 dan Muslim no. 649)

Dengan demikian, shalat jamaah wanita di rumahnya tidak termasuk dalam keutamaan 25 atau 27 derajat, akan tetapi mereka yang melakukannya mendapatkan keutamaan tersendiri, yaitu shalat mereka di rumahnya, secara sendiri ataupun berjamaah, lebih utama daripada shalatnya di masjid, wallahu a’lam.


Sabtu, 28 Maret 2015

Dalam firman Allah SWT yang artinya : "Kebajikan apapun yang kamu peroleh, adalah dari sisi Allah, dan keburukan apapun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu (Muhammad) menjadi Rasul kepada (seluruh) manusia. Dan cukuplah Allah yang menjadi saksi." (An-Nisa :79)
Manusia seringkali disebut sebagai makhluk yang tidak pernah luput dari salah dan dosa. Ungkapan ini bukan berarti dengan seenaknya kita bisa melakukan perbuatan yang bernilai dosa itu.
Apabila kamu ditimpa musibah atau melakukan DOSA, Allah SWT tahu kita memahami itu adalah disebabkan oleh kesalahan dan PILIHAN kita sendiri yang datang dari hati yang lemah iman atau korupsi dalam menjalani kehidupan dunia.
Musibah dosa yang diturunkan oleh Allah itu adalah hasil fitrah alam serta hukuman atas kesalahan pelaku dosa sendiri.

Jangan sesekali menyalahkan Allah SWT dan jangan menyalahkan siapapun atau berlindung atas perbuatan dosamu di balik nama ALLAH SWT apabila kita melakukan dosa dan ditimpa musibah buruk. Salahkan diri sendiri, BERMUHASABAH dan bertaubatlah.

Allah SWT itu Maha Pengampun, namun DIA juga Maha Pedih azabnya. Agar tidak berakibat fatal atas dosa yang telah dilakukan itu, ada empat sikap penting yang harus kita tunjukkan terhadap kesalahan, yaitu : 
  1. Mengakui kesalahan dan tidak merasa suci. Orang yang bersalah, meskipun kesalahan itu dilakukan karena tidak tahu atau dalam masyarakat kita sering disebut dengan kesalahan yang tidak disengaja, ia tetap harus mengakui bahwa kesalahan telah dilakukannya sehingga jangan sampai ia tidak merasa bersalah dan tidak mau bertaubat atau meminta maaf atas kesalahannya itu. Manakala seseorang mau mengakui kesalahan akan membuatnya mudah untuk segera bertaubat sehingga tidak merasa suci yang pantas membela diri, Allah swt berfirman yang artinya "Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS An Nisa [4]:17).  Selama ini banyak orang yang melakukan kesalahan tapi tidak merasa bersalah, akibatnya ia tidak mau bertaubat atau meminta maaf dan karena ia sebenarnya sudah mengakui di dalam hatinya bahwa ia memang salah tapi merasa gengsi untuk mengakui kesalahan apalagi di depan publik, maka hal ini membuatnya menjadi tidak tenang, ia sangat khawatir bila kesalahan itu suatu ketika akan terbongkar juga dan ini akan terasa lebih berat untuk diterima daripada sejak awal ia mengakui kesalahan. Oleh karena itu, bila bersalah, apalagi kita sudah memahami bahwa kita memang salah, akan sangat baik bila kita segera mengakuinya.
  2. Bertaubat dan meminta maaf pada orang lain. Hal ini karena tiada jalan bagi orang yang bersalah kecuali segera bertaubat kepada Allah swt dan meminta maaf kepada manusia bila kesalahan dilakukan kepada orang lain. Secara harfiyah, taubat adalah rujuk kepada Allah, hal ini karena dosa membuat manusia menjauh, bahkan bercerai dengan Allah SWT sebagaimana suami istri yang bercerai, manakala manusia mau bertaubat kepada Allah swt, maka Dia pasti akan menerimanya sebagaimana firman-Nya : "Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."  (QS An Nisa [4]:110).  Karena taubat dari segala dosa memiliki kedudukan yang sangat penting, maka hal ini harus dilakukan sesegera mungkin agar tidak timbul penyesalan di dalam hati kita, apalagi bila sampai mencapai kematian sebelum taubat dilakukan. Allah swt berfirman : "Bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa." (QS Ali Imran [3]:133).T
  3. Tidak menimpakan kesalahan itu kepada orang lain. Hal ini karena orang yang bersalah di samping harus mengakui kesalahan dan segera bertaubat, ia juga tidak boleh menimpakan kesalahan itu kepada orang lain, karena pada hakikatnya setiap orang bertanggung jawab atas perbuatan atau kesalahan yang dilakukannya. Menyalahkan orang lain sebagai bersalah padahal dirinyalah yang bersalah merupakan fitnah yang keji. Memang dalam hidup ini banyak kita dapati ada “maling teriak maling”. Perbuatan ini disebut keji karena fitnah merupakan dosa yang besar dan bagaimana mungkin orang yang tidak bersalah harus menanggung akibat dari suatu kesalahan hanya karena ia dituduh bersalah. Karena itu orang yang suka menimpakan kesalahan kepada orang yang tidak bersalah akan mendapatkan dosa yang ganda, yakni dosa bersalah itu sendiri dan dosa memfitnah orang lain, Allah swt berfirman: Barangsiapa yang mengerjakan dosa, maka sesungguhnya ia mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkan kepada orang yang tidak bersalah, maka sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata. (QS An Nisa [4]:111-112).  Ini berarti, bila kita bersalah kita harus mau menanggung resiko dari kesalahan itu dan tidak bisa menyalahkan orang lain meskipun kita bersalah dengan sebab orang lain, karena orang itupun ada nilai kesalahannya dan kita pun mendapat nilai, masing-masing orang bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya, bahkan syaitan saja yang selalu menyesatkan manusia tidak mau disalahkan oleh manusia sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an: “Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang zhalim itu mendapat siksaan yang pedih (QS Ibrahim [14]:22). 
  4. Tidak membela orang yang salah. Hal ini karena akibat dari kesalahan akan menimpa orang yang melakukannya, karena itu biarlah orang yang bersalah merasakan akibatnya sehingga kita tidak perlu dan tidak boleh membela atau melindunginya. Ketika Rasulullah saw dilaporkan oleh para sahabat tentang adanya ketidakadilan, dimana bila orang-orang penting atau bangsawan yang bersalah tidak dihukum, tetapi ditutup-tutupi kesalahan itu bahkan mendapat perlindungan, mendengar hal itu Rasulullah saw menyatakan: “Andaikan anakku Fatimah mencuri, akan aku potong tangannya”.  Pernyataan Nabi di atas menunjukkan bahwa orang yang bersalah harus dihukum sesuai dengan tingkat kesalahannya sehingga tidak perlu dilindungi apalagi dibela, meskipun ia orang yang selama ini kita hormati seperti orang tua, guru, pemimpin atau pejabat atau ia adalah orang yang kita cintai seperti anak, teman dan sebagainya. Larangan ini ditegaskan oleh Allah swt karena jangan sampai orang yang bersalah akan melakukan kesalahan lagi pada kesempatan yang lain. Larangan membela orang yang salah tercermin pada firman Allah swt : Tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam dosa dan permusuhan. (QS Al Maidah [5]:2).
Dari uraian di atas, menjadi jelas bagi kita bahwa Allah swt maklum bila manusia melakukan kesalahan, karenanya Dia membuka pintu taubat bagi hamba-Nya yang bersalah bila mereka mau bertaubat.
.

Rabu, 25 Maret 2015


Seringkali kita sendiri tidak menyadari bahwa hampir kebanyakan dari pada amalan sehari-harian kita adalah merupakan amalan ciri-ciri golongan munafik. Jadi, senantiasalah Muhasabah dan prihatin dengan setiap apa yang akan dan telah kita lakukan.
Ternyata ciri-ciri orang munafik sangat banyak. Inilah yang perlu diketahui dan diwaspadai. Dari Al Qur’an dan hadits, Syaikh DR Aidh Al Qarni menemukam 30 tanda munafik sebagai berikut :

1. Dusta. Dalam QS. Al Munafiqun : 1, yang artinya : “Apabila orang – orang munafik dating kepadamu (Muhammad), mereka berkata, “ Kami mengakui, bahwa engkau adalah Rasull Allah.” Dan Allah mengetahui bahwa engkau benar – benar Rasul-Nya. Dan Allah menyaksikan orang – orang munafik itu benar – benar pendusta. “ dan dalam HR. Bukhari dan Muslim)

2. Khianat (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Fujur dalam pertikaian (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Ingkar janji (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Malas beribadah. Dalam QS. An Nisa’ : 142 yang artinya : "sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allahlah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk salat mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud ria (ingin di puji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali)."

6. Riya. (QS. An Nisa’ : 142)

7. Sedikit berdzikir (QS. An Nisa’ : 142)

8. Mempercepat shalat (HR. Muslim)

9. Mencela orang-orang yang taat dan shalih. Dalam QS. Al Ahzab : 19 yang artinya "Mereka kikir terhadapmu. Apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik - balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka kikir untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapus amalnya. Dan yang demikian itu mudah bagi Allah."

10. Mencaci maki kehormatan orang-orang shalih. Dalam QS. Al Ahzab: 19.

11. Memperolok-olok Al Qur’an, Sunnah dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam QS. At Taubah : 65-66 yang artinya : "Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, niscaya mereka akan menjawab, "sesungguhnya kami hanya bersendagurau dan bermain - main saja." Katakanlah, "Mengapa kepada Allah, dan ayat - ayat-Nya serta Rassul-Nya kamu selalu berolok - olok ?" - "Tidak perlu kamu meminta maaf, karena kamu telah kafir setelah beriman. Jika kami memafkan sebagian dari kamu (karena telah tobat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) karena sesungguhnya mereka adalah orang - orang yang (selalu) berbuat dosa."

12. Bersumpah palsu. Dalam QS. Al Munafiqun : 2 yang artinya : "Mereka menjadikan sumpah - sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalang halangi (manusia) dari jalan Allah. Sungguh, betapa buruknya apa yang telah mereka kerjakan."

13. Enggan berinfaq. Dalam QS. At Taubah : 54-55 yang artinya : "Dan yang menghalang - halangi infaq mereka untuk diterima adalah karena meraka kafir (ingkar) kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak melaksanakan shalat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menginfakkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan. - "Maka janganlah harta dan anak - anak mereka membuatmu kagum. Sesungguhnyamaksdu Allah dengan itu adalah untuk menyiksa mereka dalam kehidupan dunia dan kelak akan mati dalam keadaan kafir."

14. Tidak memiliki kepedulian terhadap nasib kaum muslimin.

15. Suka menyebarkan kabar dusta. Dalam QS. Al Ahzab : 60 yang artinya : "Sungguh, jika orang - orang munafik, orang - orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang - orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah tidak berhenti (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan engkau (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak lagi menjadi tetanggamu (diMadinah) kecuali sebentar."

16. Mengingkari takdir. Dalam QS. Ali Imran : 168 yang artinya : "(mereka itu adalah) orang - orang yang berkata kepada saudara - saudaranya dan mereka tidak turut berperang, "sekiranya mereka mengikuti kita, tentunlah mereka tidak terbunuh." Katakanlah, "Cegahlah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang benar."

17. Sering meninggalkan shalat berjama’ah (HR. Muslim)

18. Membuat kerusakan di muka bumi dengan dalih mengadakan perbaikan. Dalam QS. Al Baqarah : 11-12 yang artinya : "Dan apabila dikatakan kepada mereka "janganlah membuat kerusakan di muka bumi !", Mereka menjawab, "sesungguhnya kami justru orang - orang yang melakukan perbaikan." - "Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari."

19. Tidak ada kesesuaian antara zhahih dan batin. Dalam QS. Al Munafiqun : 1 yang artinya : "Apabila orang - orang munafiq datang kepadamu (Muhammad), mereka berkata, "Kami mengakui, bahwa engkau adalah Rasul Allah." Dan Allah mengetahui bahwa engkau adalah benar - benar Rasull-Nya, dan Allah menyaksikan bahwa orang -orang munafiq itu benar - benarpendusta."

20. Takut terhadap kejadian apapun. Dalam QS. Al Munafiqun : 4 yang artinya : "Dan apabila engkau melihat mereka, tubuh mereka mengagumkanmu. Dan apabila mereka berkata, engkau mendengarkan tutur katanya. Maka mereka seakan - akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa setiap teriakan ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka. Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari kebenaran) ?."

21. Berudzur dengan dalih dusta. Dalam QS. At Taubah : 49 yang artinya : "Dan diantara mereka ada yang berkata, "Berilah aku izin, (tidak pergi berperang) dan janganlah engkau (Muhammad) menjadikan aku terjerumus dalam fitnah." Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus kedalam fitnah. Dansungguh, Jahanam meliputi orang - orang yang kafir."

22. Menyuruh kemungkaran dan mencegah kema’rufan. Dalam QS. At Taubah : 67 yang artinya : "Orang - orang munafik laki - laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka menyuruh (berbuat) yang munkar dan mencegah (perbuatan) yang mafruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan kepada Allah, maka Allah melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang - orang munafik itulah orang - orang yang fasik."

23. Bakhil (QS. At Taubah : 67)

24. Lupa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam QS. Al Mujadilah : 19 yang artinya : "Apakah (orang -orang) yang memberi minuman kekada orang - orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil Haram, kamu samakan dengan orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah ? Mereka tidak sama di sisi Allah. ALlah tidak memberikan petunjuk kepada orang - orang zalim."

25. Mendustakan janji Allah dan Rasul-Nya. Dalam QS. Al Ahzab : 12 yang artinya : " Dan (ingatlah) ketika orang - orang munafik dan orang - orang yang hatinya berpenyakit berkata, "Yang dijanjikan Allah dan Rasull-Nya kepada kami hanya tipu daya belaka."

26. Lebih memperhatikan zhahir daripada batin. (QS. Al Munafiqun : 4)

27. Sombong dalam berbicara (HR. Tirmidzi)
28. Tidak memahami agama. Dalam QS. Al Munafiqun : 7 yang artinya : "Mereka yang berkata, (kepada orang -rang anshar), "janganlah kamu bersedekah kepada orang - orang (Muhajirin) yang ada disisi Rasulullah sampai mereka bubar (meninggalkan Rasulullah)," Padahal milik Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang - orang munafik itu tidak memahami."

29. Bersembunyi dari manusia dan menantang Allah dengan dosa. Dalam QS. An Nisa’ : 108 yang artinya : "mereka dapat bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak dapat bersembunyi dari Allah, karena Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang tidak di ridhai-Nya. Dan Allah Maha Meliputi terhadap apa yang mereka kerjakan."

30. Senang dengan musibah yang menimpa orang-orang beriman dan dengki terhadap kebahagiaan mereka. Dalam QS. At Taubah : 50 yang artinya : "Mereka memperjual belikan ayat -ayat Allah dengan harga murah, lalu merekahalang -halangi (orang) darijalanAllah. Sungguh, betapa buruknya apa yang mereka kerjakan."

Demikian 30 ciri-ciri orang munafik, semoga kita mendapatkan taufiq dari Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga dijauhkan dari tanda-tanda munafik dan diselamatkan dari penyakit munafik.

Semoga Bermanfaat
Love You :)

Jumat, 20 Maret 2015

Ada rasa bosan saat kita membicarakan tentang sabar. Apalagi saat kita selalu diuji dengan cobaan dan musibah yang bertubi tubi dalam menghadapi hidup.
Padahal kesabaran sangat dibutuhkan dalam segala aspek kehidupan kita.
Dan tiang Iman yang melekat kepada rasa optimisme ialah sabar. Tanpa kesabaran maka perasaan manusia akan setiap saat menjadi korban segala persoalan hidup yang menghimpitnya.  
Diriwayatkan Abdullah bin Mas'ud yang menuturkan bahwa rasulullah saw bersabda : "kesabaran itu separuh Iman, dan keyakinan adalah Iman seluruhnya ." 
Dalam hadist lain Rasulullah saw bersabda : "Sabar dalam hubungannya dengan keimanan adalah ibarat kepala dengan tubuh ." 
Aisyah binti Abu Bakar ash-Shiddiq ra berkata : "Seandainya sabar itu berupa manusia, niscaya ia pemurah [dermawan] ." Maksud pernyataan Aisyah ialah, bahwa kesabaran itu akan kembali pada orang yang bersabar dengan membawa kebajikan yang berlimpah.  
Sabar itu ada 3 macam : 
  1. Sabar menghadapi musibah
  2. Sabar dalam menjalankan ketaatan 
  3. Sabar untuk tidak melakukan perbuatan maksiat 
     Yang tak kalah penting dan harus kita renungkan bahwa : kesabaran adalah sebagai kendaraan yang tidak pernah jatuh tersungkur. Sebaik-baiknya perbekalan adalah kesabaran menghadapi percobaan.
Kesabaran juga merupakan  kunci kelapangan, dan bertawakkal kepada Allah swt adalah kesukacitaan.
Menanti kesabaran dengan kesukacitaan adalah ibadah. Dengan kesabaran, banyak hal bisa diobati , sementara kesabaran tidak bisa diobati dengan selainnya.
     Musibah itu satu. Jika orang yang tertimpa musibah berkeluh kesah dan tidak bersabar, musibah itu menjadi dua . "Artinya, keluh kesah dan ketidak sabaran justru menambah musibah, pertama yang menimpanya, yaitu kehilangan pahala dari Allah swt yang sejatinya diberikan kepada orang- orang yang sabar. Bersabarlah ketika musibah menimpamu, karena bersabar tak membuat putus harapan. kesabaran lebih utama selama engkau berpegang dengannya, dan akan lebih baik kesabaran memenuhi dada. 
Dalam firman Allah swt : "Sebenarnya dirimul sendiri yang menganggap baik perbuatan [yang buruk] ini, maka kesabaran yang baik itulah [kesabaranku] Dan Allah sajalah yang dimohonpertolongan-Nya terhadap yang kamu ceritakan ." [QS Yusuf : 18]
Kesabaran yang baik itulah yang membuat orang bersabar dapat menahan segala penderitaan. Ia tidak mengeluh kecuali hanya kepada Allah swt.

     Sebagai manusia tentunya tidak terlepas dari emosi. Yang membedakan adalah tingkat kemampuan manusia tersebut untuk melatih kesabaran nya dan mengendalikan emosi mereka.
Terucapnya kata ikhlas perlu diwaspadai bila tidak diiringi oleh amal dan perbuatan yang sama. Oleh karenanya ulama Said Hawa dalam kitabnya Tarbiyah Ruhiyah, menguraikan kewajiban pertama bagi orang-orang yang hatinya sakit adalah terlebih dahulu memperbaiki hati mereka, dan secara terus menerus melakukan perbaikan. 
     Bagaimana caranya melatih hati yang sakit, agar mudah berbuat baik dan saling iklhlas dalam berbuat kebaikan ???
Rasulullah saw pernah bersabda : ”Sungguh iman didalam hati kalian akan usang sebagaimana usangnya pakaian. Maka mohonkanlah kepada Allah SWT supaya Dia memperbaharui iman di hati kalian !!” (HR. Thabrani). 
Dalam kesempatan yang lain Rasulullah SAW juga pernah bersabda: “Perbaharuilah keimanan kalian!” Ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah! Bagaimana cara kami memperbaharui iman kami?”. Beliau menjawab:”Perbanyaklah mengucapkan la ilaha illallah” (HR. Imam Ahmad). 
     Semoga persoalah keikhlasan hati, dan hikmah yang disampaikan Rasulullah SAW menjadi contoh perbuatan yang Insya Allah dapat kita amalkan dengan istiqamah.
Kita senantiasa harus membiasakan diri atau melatih jiwanya bersabar akan memperoleh kekayaan rohani yang tiada habisnya dan bakal mendapatkan kesuksesan didunia dan akhirat.
Semoga Allah swt memasukkan kita kedalam golongan orang-orang yang sabar, orang-orang yang diridhoi-Nya
Semoga Bermanfaat
Love You :)
YS
Ikhlas adalah salah satu syarat diterimanya suatu amalan, di samping amalan tersebut harus sesuai tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tanpa ikhlas, amalan jadi sia-sia belaka.

Ibnul Qayyim dalam Al Fawa-id memberikan nasehat yang sangat indah tentang ikhlas, “Amalan yang dilakukan tanpa disertai ikhlas dan tanpa mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bagaikan seorang musafir yang membawa bekal berisi pasir. Bekal tersebut hanya memberatkan, namun tidak membawa manfaat apa-apa.”

Hudzaifah Al Mar’asiy mengatakan, “Ikhlas adalah kesamaan perbuatan seorang hamba antara zhohir (lahiriyah) dan batin.”

Allah akan senantiasa menolong kaum muslimin karena keikhlasan sebagian orang dari umat ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,  yang artinya “Allah akan menolong umat ini karena sebab orang miskin, karena do’a orang miskin tersebut, karena shalat mereka dan karena keikhlasan mereka dalam beramal.”

Ikhlas berarti menjadikan Allah Subhanallah wa ta'ala sebagai satu-satunya tujuan dalam segala bentuk ketaatan atau mengabaikan pandangan makhluk dengan cara selalu berorientasi hanya kepada Allah Subhanalah wa ta'ala.
Hal ini hanya akan dapat datang dari seseorang yang mencintai Allah Subhanallah wa ta'ala dan menggantung seluruh harapannya pada akhirat. Tidak tersisa tempat dihatinya untuk mencintai dunia. Seseorang yang dipenuhi oleh kecintaan kepada Allah Subhanallah wa ta'ala dan akhirat pasti seluruh aktivitas hariannya _mulai dari bangun tidur hingga ia tidur kembali merupakan cerminan dari cita-citanya untuk obsesi akhiratnya sehingga dilakukannya dengan keikhlasan.
Keikhlasan hanya bisa lahir dari hati yang selalu khusyu' dan menjadikan akhirat sebagai obsesi hidupnya. Segala kesenangan hawa nafsu serta ketamakan terhadap dunia dan segala perhiasannya harus dipupus untuk bisa memudahkan meraih makna keikhlasan.  
Banyak orang yang telah bersusah payah telah mengorbankan banyak hal baik materi, tenaga maupun pikiran untuk beramal, menyangka telah melakukannya dengan keikhlasan karena Allah subhanallah wa ta'ala. Padahal sesungguhnya ia telah tertipu.
Sebagaimana firman Allah subhanallah wa ta'ala, yang artinya : "Dan (pada hari kiamat) jelaslah bagi mereka dari Allah apa-apa yang belum pernah mereka perkirakan. Dan jelaslah bagi mereka keburukan dari apa-apa yang telah mereka kerjakan. (Az-Zumar: 47-48)
"Katakanlah, "Maukah kalian kami kabari tentang orang yang paling merugi amalan mereka? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia usaha mereka di dunia, sedangkan mereka menyangka telah mengerjakannya dengan sebaik-baiknya (Al-Kahfi: 103).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya : Sesungguhnya amal itu tergantung dari niatnya. Dan setiap orang akan memperoleh apa yang dia niatkan.

Allah pun mengetahui segala sesuatu yang ada dalam isi hati hamba.
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya : Katakanlah: “Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui”.” (QS. Ali Imran: 29)

Dalam ayat lainnya, Allah memperingatkan dari bahaya riya’ –yang merupakan lawan dari ikhlas- dalam firman-Nya, yang artinya : “Jika kamu mempersekutukan (Rabbmu), niscaya akan hapuslah amalmu.” (QS. Az Zumar: 65)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya : “Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman: Aku sama sekali tidak butuh pada sekutu dalam perbuatan syirik. Barangsiapa yang menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku akan meninggalkannya (maksudnya: tidak menerima amalannya) dan perbuatan syiriknya. 
”An Nawawi mengatakan, “Amalan seseorang yang berbuat riya’ (tidak ikhlas), itu adalah amalan batil yang tidak berpahala apa-apa, bahkan ia akan mendapatkan dosa.”
Dalam hadits lainnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya :  Barang siapa yang menutut  ilmu yang sebenarnya harus ditujukan hanya untuk mengharap wajah Allah, namun ia mempelajarinya hanya untuk mendapatkan materi duniawi, maka ia tidak akan pernah mencium bau surga pada hari kiamat nanti.

Hanya Allah yang memberi taufik untuk berbuat ikhlas. Aamiin.........................

Semoga Bermanfaat

Love You :)
YS

Selasa, 17 Maret 2015


Pantaskah kita mengharapkan suami sholeh ???

Perhatikan firmah Allah di bawah ini yaaaa.....
"Perempuan-perempuan keji adalah untuk laki-laki keji, dan laki-laki keji untuk perempuan keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan baik untuk laki-laki baik, dan laki-laki baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula) ..." (QS. An-Nur[24]: 26)

     Sebuah ayat yang tepat untuk melakukan muhasabah diri. Jika diri kita masih berkubang dalam lumpur kemaksiatan, layakkah kita berharap mendapatkan lelaki sholeh? 
Sedangkan Allah sendiri telah memberikan ketetapan bahwa wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik.
     Berusahalah menjadi baik (sholehah) dahulu sebelum berharap mendapatkan pendamping yang sholeh. Seorang wanita yang mampu menjaga kebaikan dirinya, insya Allah nanti akan diberi pendamping yang baik oleh-Nya. Di antara kebaikan keislaman seorang wanita adalah jika dia mengetahui agamanya. Maka Islam mewajibkan para wanita mencari ilmu sebagaimana yang diwajibkan terhadap kaum laki-laki.
 
Semoga Bermanfaat
 
Love You :)
YS
 

Senin, 16 Maret 2015

Wanita Sholehah adalah sebaik-baik keindahan dunia.
Bila menatapnya, akan menyejukkan Qolbu.
Bila mendengarkan suaranya, akan menghanyutkan bathin.
Bila kita tinggalkan akan menambah rindu.
Wanita Sholehah adalah bidadari surga yang hadir di dunia.
Wanita Sholehah adalah Ibu dari anak-anak yang mulia.
Wanita Sholehah adalah Istri yang meneguhkan jihad suami.
Wanita Sholehah penebar rahmat bagi rumah tangga, cahaya dunia dan Akhirat.

     Wanita adalah salah satu makhluk ciptaan Allah Subhaanahu wata’ala yang mulia. Karakteristik wanita berbeda dari laki-laki dalam beberapa hukum misalnya aurat wanita berbeda dari aurat laki-laki. Wanita memiliki kedudukan yang sangat agung dalam islam. Islam sangat menjaga harkat, martabat seorang wanita. Wanita yang mulia dalam islam adalah wanita muslimah yang sholihah. Wanita muslimah tidak cukup hanya dengan muslimah saja, tetapi haruslah wanita muslimah yang sholihah karena banyak wanita muslimah yang tidak sholehah. Allah Subhaanahu wata’ala sangat memuji wanita muslimah, mu’minah yang sabar dan khusyu’.
     Alangkah indahnya jika setiap muslimah menjadi wanita yang sholehah, idaman setiap suami. Oleh karenanya seyogyanya setiap wanita bersegera untuk memperbaiki diri dan akhlaqnya agar menjadi wanita yang sholehah.

Abdullah bin Amr radhiallahu ‘anhuma meriwayatkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim no. 1467)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu :  “Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya, dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya.” (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jami’ush Shahih 3/57: “Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.”)

Sifat - sifat istri sholehah :
  1. Penuh kasih sayang. Selalu kembali kepada suaminya dan mencari maafnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata: “Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha.” (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no. 257. Silsilah Al-Ahadits Ash Shahihah, Asy- Syaikh Al Albani rahimahullah, no. 287) 
  2. Melayani suaminya (berkhidmat kepada suami) 
  3. Menjaga rahasia-rahasia suami. Asma’ bintu Yazid radhiallahu ‘anha menceritakan dia pernah berada di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu kaum lelaki dan wanita sedang duduk. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Barangkali ada seorang suami yang menceritakan apa yang diperbuatnya dengan istrinya (saat berhubungan intim), dan barangkali ada seorang istri yang mengabarkan apa yang diperbuatnya bersama suaminya?” Maka mereka semua diam tidak ada yang menjawab. Aku (Asma) pun menjawab: “Demi Allah! Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka (para istri) benar-benar melakukannya, demikian pula mereka (para suami).” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jangan lagi kalian lakukan, karena yang demikian itu seperti syaithan jantan yang bertemu dengan syaitan betina di jalan, kemudian digaulinya sementara manusia menontonnya.” (HR. Ahmad 6/456, Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Adabuz Zafaf (hal. 63) menyatakan ada syawahid (pendukung) yang menjadikan hadits ini shahih atau paling sedikit hasan) 
  4. Selalu berpenampilan yang bagus dan menarik di hadapan suaminya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya”. (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jami’ush Shahih 3/57: “Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.”) 
  5. Ketika suaminya sedang berada di rumah (tidak bepergian/ safar). Ia tidak menyibukkan dirinya dengan melakukan ibadah sunnah yang dapat menghalangi suaminya untuk istimta’ (bernikmat-nikmat) dengannya seperti puasa, terkecuali bila suaminya mengizinkan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak halal bagi seorang istri berpuasa (sunnah) sementara suaminya ada (tidak sedang bepergian) kecuali dengan izinnya”. (HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026) 
  6. Pandai mensyukuri pemberian dan kebaikan suami. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata aku dapati kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita yang kufur.” Ada yang bertanya kepada beliau: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab: “Mereka mengkufuri suami dan mengkufuri (tidak mensyukuri) kebaikannya. Seandainya salah seorang dari kalian berbuat baik kepada seorang di antara mereka (istri) setahun penuh, kemudian dia melihat darimu sesuatu (yang tidak berkenan baginya) niscaya dia berkata: “Aku tidak pernah melihat darimu kebaikan sama sekali.” (HR. Al-Bukhari no. 29 dan Muslim no. 907) 
  7. Bersegera memenuhi ajakan suami untuk memenuhi hasratnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak (enggan) melainkan yang di langit murka terhadapnya hingga sang suami ridha padanya.” (HR. Muslim no.1436).

Karakter istri muslimah yang shalihah dan berakhlak mulia diantaranya adalah :
  1. Bertakwa Kepada Allah SWT dan bisa menjaga dirinya, anak-anaknya, serta harta suaminya. Dalam AlQur’an Allah Berfirman yang maksudnya, “Sebab itu, Maka wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara dir ketika suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah Memelihara mereka.” (Q.S An Nisa’:34).
  2. Memiliki sifat sabar. Ia bersikap tabah dalam menghadapi berbagai persoalan. Bahkan ia pandai menghibur suaminya yang sedang di rundung masalah. Bukannya malah merunyamkan suasana. 
  3. Senantiasa menjaga shalat 5 waktu. Sebagaimana maklum shalat 5 waktu adalah tiang agama. Muslimah yang menjaga shalatnya adalah sosok muslimah yang sendi-sendi keimanannya kokoh. Ia akan kuat menghadapi berbagai terpaan cobaan dan musibah. Muslimah seperti inilah yang bisa menjadi faktor kunci sukses suaminya. 
  4. Menjaga auratnya dengan baik. Ia tak mau keluar rumah kecuali seizin suaminya. Andaikata keluar, ia menutupi aurat yang menjadi kehormatannya serta suaminya. Allah SWT berfirman yang maksudnya, “Hai nabi. Katakanlah kepada isteri-isteri mu, anak-anak perempuammu dan isteri-isteri orang beriman “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk di kenal. Karera mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(Q.S Al Ahzab, 59). 
  5. Taat kepada suaminya, menghormatinya, mencintainya, menyayanginya. Selalu menampakkan wajah yang menyenangkannya. Selalu memberikan dukungan kepada suami baik dalam urusan pekerjaan atau ibadah. Tidak menghardik atau mengeluarkan kata-kata kotor kepadanya.Tidak membicarakan aib-aibnya kepada wanita lain. Tak pernah ada niatan untuk menyakitinya. Ia senantiasa menlakukan perbuatan yang membuat ridha suaminya. Rasul SAW bersabda, “Tatkala seorang muslimah melaksanakan shalat 5 waktu, menunaikan puasa wajib dan mematuhi suaminya, maka ia akan memasuki surga Tuhannya.” 
  6. Bisa mengasuh dan mendidik anak-anaknya dengan baik. Sebab mereka lebih dekat kepada anak-anak daripada suami yang lebih banyak keluar untuk bekerja. Seorang Muslimah Shalihah akan mengajarkan anak-anaknya membaca Al Qur’an, menanamkan rasa cinta kepada Nabi SAW beserta keluarganya. Mendampingi mereka melewati masa kanak-kanak dengan lembut dan penuh cinta, menjauhkan merekan dari akhlak tercela. Dan tak kalah pentingnya, mengajarkan mereka rasa hormat kepada ayahnya. 
  7. Mampu menasehati suami yang sedang lalai dari ibadah dengan cara yang santun dan bijak. Ia bisa mengambil hati suaminya sebelum mengingatkannya. Cara demikian lebih bisa di terima suami ketimbang cara-cara langsung yang akan memperburuk situasi. 
  8. Memiliki prinsip hidup yang kuat. Ia tak mudah terpengaruh gaya hidup non islami yang sekarang ini gencar di budayakan oleh media massa. Sebagai muslimah ia harus tetap berpegang teguh pada ajaran Islam baik dari segi berpakaian, berprilaku dan lainnya. Ia pantang meniru lifestyle wanita non muslim. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa meniru gaya hidup suatu kaum, berarti ia termasuk golongan tersebut.” 
  9. Mampu menjaga penglihatannya dan kehormatannya. Ia tak mau memandang laki-laki selain suaminya. Kehormatannya di jaga mati-matian demi suaminya. Ia bersolek hanya untuk suaminya. Ini merupakan gambaran Bidadari Syurga. Allah SWT berfirman.. Yang artinya, “Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan kemaluannya. Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (Q.S An Nuur:31).
  10. Bersikap wara’. Tak mau mengkonsumsi makanan-makanan yang haram ataupun yang syubhat. Demikian pula ia menjaga suami dan anak-anaknya dari hal tersebut. Ia faham betul bahwa dari makanan yang baik dan halal akan lahir pula kepribadian-kepribadian yang baik. “Kuatnya agama adalah sikap wara’.” demikian sabda Nabi SAW.
Allah Subhaanahu wata’ala berfirman:
Artinya : “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An Nur: 31)
Semoga kita tetap mejadi seorang wanita istri muslimah yang sholehah dambaan kaum lelaki-suami yang sholeh.

Semoga Bermanfaat

Love You :)
*YS

Muslimah shalihah yang berakhlak mulia memiliki beberapa karakteristik yang indah, diantaranya adalah:
1. bertakwa Kepada Allah SWT dan bisa menjaga dirinya, anak-anaknya, serta harta suaminya. Dalam AlQur’an Allah Berfirman yang maksudnya, “Sebab itu, Maka wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara dir ketika suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah Memelihara mereka.” (Q.S An Nisa’:34)
2. Ia memiliki sifat sabar. Ia bersikap tabah dalam menghadapi berbagai persoalan. Bahkan ia pandai menghibur suaminya yang sedang di rundung masalah. Bukannya malah merunyamkan suasana.
3. Senantiasa menjaga shalat 5 waktu. Sebagaimana maklum shalat 5 waktu adalah tiang agama. Muslimah yang menjaga shalatnya adalah sosok muslimah yang sendi-sendi keimanannya kokoh. Ia akan kuat menghadapi berbagai terpaan cobaan dan musibah. Muslimah seperti inilah yang bisa menjadi faktor kunci sukses suaminya.
4. Menjaga auratnya dengan baik. Ia tak mau keluar rumah kecuali seizin suaminya. Andaikata keluar, ia menutupi aurat yang menjadi kehormatannya serta suaminya. Allah SWT berfirman yang maksudnya,
“Hai nabi. Katakanlah kepada isteri-isteri mu, anak-anak perempuammu dan isteri-isteri orang beriman “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk di kenal. Karera mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(Q.S Al Ahzab, 59)

5. Taat kepada suaminya, menghormatinya, mencintainya, menyayanginya. Selalu menampakkan wajah yang menyenangkannya. Selalu memberikan dukungan kepada suami baik dalam urusan pekerjaan atau ibadah. Tidak menghardik atau mengeluarkan kata-kata kotor kepadanya.Tidak membicarakan aib-aibnya kepada wanita lain. Tak pernah ada niatan untuk menyakitinya. Ia senantiasa menlakukan perbuatan yang membuat ridha suaminya. Rasul SAW bersabda, “Tatkala seorang muslimah melaksanakan shalat 5 waktu, menunaikan puasa wajib dan mematuhi suaminya, maka ia akan memasuki surga Tuhannya.”
6. bisa mengasuh dan mendidik anak-anaknya dengan baik. Sebab mereka lebih dekat kepada anak-anak daripada suami yang lebih banyak keluar untuk bekerja. Seorang Muslimah Shalihah akan mengajarkan anak-anaknya membaca Al Qur’an, menanamkan rasa cinta kepada Nabi SAW beserta keluarganya. Mendampingi mereka melewati masa kanak-kanak dengan lembut dan penuh cinta, menjauhkan merekan dari akhlak tercela. Dan tak kalah pentingnya, mengajarkan mereka rasa hormat kepada ayahnya.
7. Mampu menasehati suami yang sedang lalai dari ibadah dengan cara yang santun dan bijak. Ia bisa mengambil hati suaminya sebelum mengingatkannya. Cara demikian lebih bisa di terima suami ketimbang cara-cara langsung yang akan memperburuk situasi.
8. Memiliki prinsip hidup yang kuat. Ia tak mudah terpengaruh gaya hidup non islami yang sekarang ini gencar di budayakan oleh media massa. Sebagai muslimah ia harus tetap berpegang teguh pada ajaran Islam baik dari segi berpakaian, berprilaku dan lainnya. Ia pantang meniru lifestyle wanita non muslim. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa meniru gaya hidup suatu kaum, berarti ia termasuk golongan tersebut.”
9. Ia mampu menjaga penglihatannya dan kehormatannya. Ia tak mau memandang laki-laki selain suaminya. Kehormatannya di jaga mati-matian demi suaminya. Ia bersolek hanya untuk suaminya. Ini merupakan gambaran Bidadari Syurga. Allah SWT berfirman.. Yang artinya, “Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan kemaluannya. Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (Q.S An Nuur:31)
10. Bersikap wara’. Ia tak mau mengkonsumsi makanan-makanan yang haram ataupun yang syubhat. Demikian pula ia menjaga suami dan anak-anaknya dari hal tersebut. Ia faham betul bahwa dari makanan yang baik dan halal akan lahir pula kepribadian-kepribadian yang baik. “Kuatnya agama adalah sikap wara’.” demikian sabda Nabi SAW.
- See more at: http://blog.republika.co.id/2013/05/05/10-karakter-wanita-sholehah/#sthash.9Nop1KfV.dpuf
Muslimah shalihah yang berakhlak mulia memiliki beberapa karakteristik yang indah, diantaranya adalah:
1. bertakwa Kepada Allah SWT dan bisa menjaga dirinya, anak-anaknya, serta harta suaminya. Dalam AlQur’an Allah Berfirman yang maksudnya, “Sebab itu, Maka wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara dir ketika suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah Memelihara mereka.” (Q.S An Nisa’:34)
2. Ia memiliki sifat sabar. Ia bersikap tabah dalam menghadapi berbagai persoalan. Bahkan ia pandai menghibur suaminya yang sedang di rundung masalah. Bukannya malah merunyamkan suasana.
3. Senantiasa menjaga shalat 5 waktu. Sebagaimana maklum shalat 5 waktu adalah tiang agama. Muslimah yang menjaga shalatnya adalah sosok muslimah yang sendi-sendi keimanannya kokoh. Ia akan kuat menghadapi berbagai terpaan cobaan dan musibah. Muslimah seperti inilah yang bisa menjadi faktor kunci sukses suaminya.
4. Menjaga auratnya dengan baik. Ia tak mau keluar rumah kecuali seizin suaminya. Andaikata keluar, ia menutupi aurat yang menjadi kehormatannya serta suaminya. Allah SWT berfirman yang maksudnya,
“Hai nabi. Katakanlah kepada isteri-isteri mu, anak-anak perempuammu dan isteri-isteri orang beriman “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk di kenal. Karera mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(Q.S Al Ahzab, 59)

5. Taat kepada suaminya, menghormatinya, mencintainya, menyayanginya. Selalu menampakkan wajah yang menyenangkannya. Selalu memberikan dukungan kepada suami baik dalam urusan pekerjaan atau ibadah. Tidak menghardik atau mengeluarkan kata-kata kotor kepadanya.Tidak membicarakan aib-aibnya kepada wanita lain. Tak pernah ada niatan untuk menyakitinya. Ia senantiasa menlakukan perbuatan yang membuat ridha suaminya. Rasul SAW bersabda, “Tatkala seorang muslimah melaksanakan shalat 5 waktu, menunaikan puasa wajib dan mematuhi suaminya, maka ia akan memasuki surga Tuhannya.”
6. bisa mengasuh dan mendidik anak-anaknya dengan baik. Sebab mereka lebih dekat kepada anak-anak daripada suami yang lebih banyak keluar untuk bekerja. Seorang Muslimah Shalihah akan mengajarkan anak-anaknya membaca Al Qur’an, menanamkan rasa cinta kepada Nabi SAW beserta keluarganya. Mendampingi mereka melewati masa kanak-kanak dengan lembut dan penuh cinta, menjauhkan merekan dari akhlak tercela. Dan tak kalah pentingnya, mengajarkan mereka rasa hormat kepada ayahnya.
7. Mampu menasehati suami yang sedang lalai dari ibadah dengan cara yang santun dan bijak. Ia bisa mengambil hati suaminya sebelum mengingatkannya. Cara demikian lebih bisa di terima suami ketimbang cara-cara langsung yang akan memperburuk situasi.
8. Memiliki prinsip hidup yang kuat. Ia tak mudah terpengaruh gaya hidup non islami yang sekarang ini gencar di budayakan oleh media massa. Sebagai muslimah ia harus tetap berpegang teguh pada ajaran Islam baik dari segi berpakaian, berprilaku dan lainnya. Ia pantang meniru lifestyle wanita non muslim. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa meniru gaya hidup suatu kaum, berarti ia termasuk golongan tersebut.”
9. Ia mampu menjaga penglihatannya dan kehormatannya. Ia tak mau memandang laki-laki selain suaminya. Kehormatannya di jaga mati-matian demi suaminya. Ia bersolek hanya untuk suaminya. Ini merupakan gambaran Bidadari Syurga. Allah SWT berfirman.. Yang artinya, “Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan kemaluannya. Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (Q.S An Nuur:31)
10. Bersikap wara’. Ia tak mau mengkonsumsi makanan-makanan yang haram ataupun yang syubhat. Demikian pula ia menjaga suami dan anak-anaknya dari hal tersebut. Ia faham betul bahwa dari makanan yang baik dan halal akan lahir pula kepribadian-kepribadian yang baik. “Kuatnya agama adalah sikap wara’.” demikian sabda Nabi SAW.
- See more at: http://blog.republika.co.id/2013/05/05/10-karakter-wanita-sholehah/#sthash.9Nop1KfV.dpuf

Sabtu, 14 Maret 2015


IKHLASKU HARI INI 
( Minggu Spesial, 15 Maret 2015 )

Mencoba merasakan tak pernah tersakiti
Mencoba merasakan tak pernah telukai
Karena aku tahu.......
Bagaimana rasanya sakit dan luka

Tak pernah ada batasan menyayangimu
Tak pernah ada ujungnya mencintaimu
Karena aku tahu.....
Begitu berharganya engkau dalam hidupku

Dalam doa aku belai sayangmu
Dalam doa aku peluk cintamu
Karena aku tau......
Sayang dan cintalah yang membuatku tetap disini

Sulitnya menahan air mata agar tak terjatuh
Sulitnya menahan hati agar tak mudah runtuh
Karena aku tau.....
Betapa sulitnya tersenyum saat air mata dan hati terlukai

Aku disini bukan karena siapa
Aku disni bukan karena apa
Karena aku tahu......
Ku disini dan karena apa, hanyalah karena cintaMu ya Rabb-ku

Cinta akan tetap ada tanpa kau minta
Sayang akan tetap ada tanpa kau menghiba
Karena aku tau.....
Cinta dan sayang akan tumbuh bukan karena kehendakmu

Sampai mata ini terpejam
Sampai dada ini berhenti berdetak
Sampai nafas tak lagi ada
Aku tetap mencintaimu dan menyayangimu.......


Love You :)

Kamis, 12 Maret 2015

      Berpedoman kepada Al-Qur’an dan al-sunah, Islam membimbing manusia menuju hidup sehat, yaitu prilaku takwa berupa prilaku yang ditandai ketaatan kepada sang Pencipta sebagai konsep kesehatan Islami. Islam menolak praktek kesehatan apapun yang bertentangan dengan ajaran islam. Misalnya memohon bantuan dengan benda yang dianggap keramat atau oarng ang memiliki kekuatan sedangkan amalan-amalannya bertentangan dengan ajaran Islam.
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjad obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. “ (Al Isra’: 82)
     Islam sangat menghendaki agar ummatnya senatiasa hidup sehat, baik secara fisik, mental, sosial maupun spiritual . Hal ini dapat kita telaah dari ajaran Islam, yang bersifat komprehensip dan universal itu sendiri.
     Al Qur’an mengandung obat dan rahmat. Namun hal ini tidak berlaku untuk setiap orang, hanya khusus bagi orang-orang yang beriman saja, yaitu orang-orang yang membenarkan ayat-ayat-Nya dan mengamalkannya.
     Adapun orang-orang dzalim yang tidak mau percaya dan mengamalkan Al Qur’an, maka ayat-ayat tersebut akan semakain membuat mereka rugi, karena telah tegak hujjah kepada mereka. Obat yang terdapat di dalam Al Qur’an bersifat umum, mencakup obat bagi hati dari keraguaan, kejahilan, pendapat akal yang rusak, serta keinginan hati yang jelek.

Yang perlu kita mengerti untuk kita sebagai muslimah :
 

Penyakit ada dua bentuk :
  • Penyakit rohani seperti keraguan, kejahilan, kemunafikan, kedengkian, kesombingan, dan sebagainya. Jika seorang menderita sakit rohani atau hati akan sangat berbahaya yang dapat menimpa seseorang tanpa disadari, malahan sangat dinikmatinya. Dampak penyakit rohani yang menimpa seseorang dapat berdampak luas baik terhadap masyarakat luas, maupun lingkungan alam.
  • Penyakit jasmani adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan sakit pada badan. Jika seseorang menderita sakit fisik, maka dia berusaha sekuat tenaga untuk sembuh dari penyakit tersebut. Dikeluarkan uang untuk biaya penyembuhannya, tidak peduli berapa besarnya biaya tersebut untuk dapat sembuh. Dampaknya penyakit jasmani atau fisik hanya berdampak pada orang yang bersangkutan
  1. Al Quran sebagai obat bagi penyakit hati dan penyakit jasmani. Hal ini berlaku khusus bagi orang beriman saja.
  2. Al Qur’an mengandung ilmu dan keyakinan, yang bisa menghilangkan seluruh keraguan dan kejahilan, serta mengandung nasehat dan peringatan, yang menghalangkan syahwat yang menyelisihi perintah Allah.
  3. Al Qur’an merupakan obat bagi penyakit jasmani yang bisa menghilangkan penyakit dan penderitaan.
    Selain melakukan ikhtiar dengan pengobatan medis, hendaknya seseorang yang tertimpa sakit mengobati dirinya dengan Al Qur’an. Begitu pula seseorang bisa mengobati keluarganya yang sakit dengan Al Qur’an. Seorang dokter hendaknya juga mengambil sebab dengan mengobati pasiennya dengan Al Quran.

Hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan jasmani dan rohani antara lain :
 

Islam melarang perbuatan-perbuatan yang dapat membahayakan kesehatan dirinya, orang lain dan masyarakat antara lain :
  1. Larangan (haram) melakukan hubungan seksual antara pria dan wanita diluar nikah (zina/prostitusi), sebab bisa menimbuklan penyakit kelamin dan AIDS. Perhatikan Al-Qur’an Surat Al-Isra’ 32 
  2. Larangan melakukan hubungan seksual dengan istrinya dalam keadaan menstruasi, sebab darah menstruasi mengandung bakteri (microbes) yang bisa mengganggu kesehatan yang bersangkutan. Perhatikan Surat Al-Baqarah ayat 232.
  3. Larangan kawin antara pria dan wanita yang sangat erat hubungan darah/nasab, sebab bisa menyebabkan cacat keturunannya fisik dan atau mentalnya. Perhatikan Surat Al- Baqarah ayat 23.
  4. Larangan makan bangkai, darah, babi, hewan yang disembelih untuk disajikan kepada berhala, minum-minuman keras, ganja, narkotika dan sebagainya, dan makan minum yang melampaui batas. Sebab semuanya itu dapat merusak kesehatan jasmani, rohani dan akidah. Perhatikan Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 3 dan 90, dan Surat Al-A’raf ayat 30.
  5. Larangan kencing, berak, dan buang segala macam kotoran atau limbah pabrik di sungai, jalan-jalan dan tempat-tempat umum/berteduh, demi menghindari pencemaran lingkungan yang bisa menimbulkan berbagai macam penyakit. Perhatikan Surat Al-Baqarah ayat 11, Surat Ar-Rum ayat 41 dan Hadits-hadits Nabi SAW.
Islam enyuruh (wajib) atau menyarankan (sunnah) yang mempunyai dampak positif, yakni menyegarkan /menyehatkan jasmani dan rohani, antara lain:

  1. Perintah (wajib berwudhu untuk setiap mengerjakan sholat dengan cara membersihkan muka, telinga, hidung (menghisap air), mulut (menyikat gigi dan berkumur), tangan dan kaki paling sedikit 5 kali sehari semalam. Perhatikan Surat Al-Baqarah ayat 83 dan Hadits-hadits Nabi SAW.
  2. Perintah sholat lima waktu sehari-semalam dengan gerakan-gerakan gimnastik. Perhatikan Al-Qur’an Surat Al-Baqarah 43; Surat Al-Isra’ ayat 78 dan Surat Hud ayat 115.
  3. Perintah puasa selama sebulan dalam bulan Ramadhan setiap tahunnya untuk kesehatan jasmani dan rohani. Perhatikan Surat Al-Baqarah 183.
  4. Anjuran (sunnah) sholat tengah malam (tahajud) untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menghilangkan stress yang merupakan sumber penyakit. Perhatikan Al-Qur’an Surat Al-Isra’ ayat 79.
  5. Anjuran menutup makanan dan minuman terutama di malam hari. Perhatikan Hadits Nabi SAW.
  6. Anjuran berolah raga, misalnya jalan kaki, jogging/berlari, berenang, panahan dan pacuan kuda. Perhatikan Hadits-hadits Nabi SAW.
  7. Anjuran bersuci dengan cara sesuai yang diajarkan Nabi.
  8. Larangan kencing di air tergenang.
  9. Di sunah untuk berkhitan.
  10. Perintah memotong kuku, membersihkan bulu ketiak, dan kemaluan.
  11. Kewajiban mandi selepas bersetubuh.
  12. Keharusan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
     Sebagai manusia yang menjalani kehidupan di dunia beserta problematikanya, kita harus pandai-pandai menjaga diri agar terhindar dari berbagai penyakit yang dapat merusak diri dan akhlak kita. Kita harus mampu membawa diri untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kita juga harus dapat menyeimbangkan antara kebutuhan jasmani dan rohani agar dapat menjadi manusia yang senantiasa bersyukur atas segala pemberian Allah SWT.

Semoga Bermanfaat

Love You :)

Rabu, 11 Maret 2015


Kekasihku.........
Cinta adalah kesanggupan
Cinta adalah keikhlasan dan ketulusan
Cinta adalah kebahagiaan
Cinta jauh lebih dalam tak melihat dari kedalaman nafsu !

Cinta bukan sesuatu yang patut untuk dibanggakan, bukan sesuatu yang patut untuk dipamerkan.
Cinta bukan sesuatu untuk dibicarakan, dan cinta bukan pula untuk dicaci, dihina, serta direndahkan.
Memang cinta tak pernah bisa kita pandang, kita sentuh dan kita belai.

Tapi cinta itu dapat kau rasakan.........

Senyummu yang selalu terlihat dalam bibirmu adalah kebahagiaku.
Ceria dan gelak tawa candamu adalah dambaku.
Air mata ini sebagai tanda kesedihanku saat kau bersedih, saat kau menangis dan saat kau gelisah.

Kamulah pelipur lara dukaku.....
Kamulah pengiring suka citaku.....

Harapanku kekasihku.........
Selalu bersamamu meniti hidup dalam hari-hari keberkahan Illahi Rabbi, hingga jantung ini berhenti berdetak.

Ikatan ini berawal dari hati atas nama cinta.
Jalinan ini bermula dari rasa atas nama sayang.
Pertautan ini berasal dari angan atas nama rindu.

Sungguh kekasihku........
Rasa yang tumbuh dalam diri ini adalah cinta, sayang, dan rindu atas nama pengabdian kepada Illahi Rabbi.
Bukan tumbuh atas nama nafsu !

CINTA TAK HARUS MEMILIKI ! itu MUNAFIK BESAR !
Karena cinta tak sekedar untuk dipandang
Karena cinta, rasa sakit itu akan ada dan tumbuh dalam hati yang sulit di obati.
 

Karena cinta ini.. Ku tak ingin mengusik ketenteraman batin mu. Ku tak ingin mempesonakan mu. Ku tak ingin membuatmu simpati dan kagum. Atau pun menaruh harap padaku.
Maka biarlah.. Aku bersikap tegas padamu. Biarlah aku seolah acuh tak memperhatikanmu. Biarkan aku bersikap dingin. - See more at: http://raisawati.blogspot.com/2013/10/puisi-aku-mencintaimu-karena-allah.html#sthash.cevDCOGM.dpuf
Karena cinta ini....... 
Cinta yang teramat dalam padamu
Aku tak ingin mengusik ketentrataman hatimu
Aku tak ingin mempesonakanmu
Aku tak ingin membuatmu simpati dan kagum pada diri ini
Ataupun aku tak ingin kamu menaruh harapan apapun dariku

Maka biarkanlah kasih....
Aku selalu bersikap tegas padamu
Aku selalu bersikap seolah acuh tak memperhatikanmu
Dan aku selalu bersikap seolah dingin padamu

Aku mencintaimu dalam diamku, 
Ketika cinta dan rindu berpadu dalam sujud panjangku.. 
Ketika pengharapan dan keresahan, mengalir dalam doa-do'a.....
Aku tetap mencintaimu dalam diamku.. 

Dan selalu mencintamu hingga aku kembali kepangkuan Illahi Rabbi
Hingga DIA menakdirkan yang terbaik untuk aku dan kamu.. 
Karena aku ingin selamanya mencintaimu karena ALLAH SWT.........

Cukuplah aku mencintaimu  dalam hati.

Karena Sebenar-Benarnya Cinta Adalah Cinta Kepada-NYA..
Melalui keridhoanNya aku mencintaimu
Melalui cintaNya aku menyayangimu

Love You :)

Karena cinta ini.. Ku tak ingin mengusik ketenteraman batin mu. Ku tak ingin mempesonakan mu. Ku tak ingin membuatmu simpati dan kagum. Atau pun menaruh harap padaku.
Maka biarlah.. Aku bersikap tegas padamu. Biarlah aku seolah acuh tak memperhatikanmu. Biarkan aku bersikap dingin. - See more at: http://raisawati.blogspot.com/2013/10/puisi-aku-mencintaimu-karena-allah.html#sthash.cevDCOGM.dpuf
Karena cinta ini.. Ku tak ingin mengusik ketenteraman batin mu. Ku tak ingin mempesonakan mu. Ku tak ingin membuatmu simpati dan kagum. Atau pun menaruh harap padaku.
Maka biarlah.. Aku bersikap tegas padamu. Biarlah aku seolah acuh tak memperhatikanmu. Biarkan aku bersikap dingin. - See more at: http://raisawati.blogspot.com/2013/10/puisi-aku-mencintaimu-karena-allah.html#sthash.cevDCOGM.dpuf


Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!