Minggu, 18 Oktober 2015


Allah berfirman, “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi ?” Mereka menjawab : “Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari. Maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.” Allah berfirman : “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.” (Al-Mu’minuun [23] : 112-114)

Ayat di atas merupakan dialog antara Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan orang-orang yang telah meninggalkan kehidupan dunia ini. Di situ digambarkan betapa singkatnya hidup di dunia, tidak lebih dari sehari atau setengah hari. Bahkan lebih singkat dari itu. Tidak peduli kita siap atau tidak, kehidupan ini akan berakhir dengan kematian. Ketika saatnya tiba, tidak seorang pun yang bisa menunda walaupun sesaat. 

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan kematian seseorang apabila datang waktu kematiannya…” (Al-Munaafiqun [63]: 11)

Kita pasti mati. Tetapi itu bukan akhir dari segalanya. Bahkan inilah awal dari kehidupan yang sesungguhnya, kehidupan yang abadi. Di sana manusia tinggal menerima risiko dari apa yang dilakukannya selama hidup di dunia. Pada akhirnya hanya ada dua pilihan ekstrim, ditempatkan di surga dan merasakan hidup penuh kebahagiaan tanpa batas. Atau sebaliknya, ditempatkan di neraka dan menderita selamanya tanpa batas. Inilah risiko terberat bagi perjalanan hidup manusia. Tidak ada yang lebih berat dari itu. 

Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidak ada sesuatu yang dialami anak Adam dari apa yang diciptakan Allah lebih berat daripada kematian. Baginya kematian lebih ringan daripada apa yang akan dialaminya sesudahnya.” (Riwayat Ahmad).

 “…Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa…” (Al-Baqarah [2]: 197)

“Tiada suatu nafas yang terlepas dari kita, melainkan disitu pula ada takdir Allah yang berlaku atas diri kita.” Karena itu, hendaklah kita selalu menjaga, agar dalam setiap nafas kita, selalu kita upayakan dengan sekuat tenaga, agar kita tetap berada dalam keimanan dan ketaatan pada-Nya, serta jauh dari maksiat dan perbuatan dosa.
Banyak sekali orang yang membuang-buang waktunya hanya untuk hal-hal yang tidak berguna. Dan kebanyakan dari mereka tidak menyadari bahwa mereka telah mensia-siakan waktu yang tidak akan mungkin kembali lagi. 

 Perhatikan firman Allah SWT berikut ini:  “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr [59] : 18)

Dalam Al-Qur’an Surah Al-Ashr (103) ayat 1-3, Allah SWT berfirman yang artinya sebagai berikut :
  1. Demi masa.
  2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
  3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia memang benar-benar berada dalam kerugian apabila tidak memanfaatkan waktu yang telah diberikan oleh Allah secara optimal untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan baik.  

Rasulullah SAW bersabda, ”Ada dua nikmat, di mana banyak manusia tertipu di dalamnya, yakni kesehatan dan kesempatan.” (HR Bukhori). 

Hadits ini menjelaskan pentingnya memanfaatkan kesempatan (waktu), karena tanpa disadari banyak orang terlena dengan waktunya.

Imam Al-Ghazali dalam bukunya Khuluqul Muslim menerangkan waktu adalah kehidupan. 
Karena itu, Islam menjadikan kepiawaian dalam memanfaatkan waktu termasuk di antara indikasi keimanan dan tanda-tanda ketakwaan. Orang yang mengetahui dan menyadari akan pentingnya waktu berarti memahami pula nilai hidup dan kebahagiaan.
Membiarkan waktu terbuang sia-sia dengan anggapan esok masih ada waktu merupakan salah satu tanda tidak memahami pentingnya waktu, padahal ia tidak pernah datang untuk kedua kalinya atau tidak pernah terulang. Dalam pepatah Arab disebutkan ”Tidak akan kembali hari-hari yang telah lampau.”

Rasulullah SAW bersabda : “Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan baik amalannya, dan sejelek-jeleknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan jelek amalannya.” (HR. Ahmad)

Tidak ada sesuatu yang lebih berharga dari umur. Sedangkan umur manusia begitu pendek, tak lebih dari beberapa puluh tahun. Lalu kelak dia akan ditanya atas setiap detik waktu yang dilaluinya, dan apa yang ia lakukan di dalamnya. 

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Barzah, bahwa Rasulullah SAW  bersabda : “Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam pada hari kiamat sebelum ditanya tentang 4 perkara : Tentang umurnya untuk apa ia habiskan, masa mudanya untuk apa ia gunakan, hartanya dari mana diperoleh dan kemana dibelanjakan, dan ilmunya, apa yang diamalkannya.” (HR. Tirmidzi)


Ibnu Abbas Radhiallahu anhu berkata : ada dua nikmat yang sering  membuat kebanyakan manusia tertipu, yakni kesehatan dan waktu luang.

Ibnul Khazin berkata : nikmat adalah sesuatu yang membuat nyaman dan enak, sedang tertipu artinya membeli sesuatu dengan harga berlipat, atau menjual sesuatu tidak sesuai dengan harganya. 

Maka barangsiapa yang sehat badannya dan memiliki waktu luang, tetapi ia tidak berusaha untuk kebaikan akhiratnya maka ia laksana orang yang tertipu dalam jual beli. Ironinya, kebanyakan manusia tidak memanfaatkan kesehatan dan waktu luangnya, bahkan sebaliknya malah menggunakannya tidak pada tempatnya. 

Rasulullah SAW bersabda artinya : “raihlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara, masa mudamu sebelum dating masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu dan hidupmu sebelum matimu”. (HR. Al-Hakim dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani).

Umur manusia adalah masa tanam di dunia, sedangkan masa panennya adalah di akhirat. Karena itu, sungguh amat merugi jika manusia menyia-nyiakan waktunya dan membelanjakan modalnya untuk sesuatu yang tidak berguna. Barangsiapa yang tidak mengetahui besarnya nilai waktu, sungguh akan datang kepadanya suatu masa tentang nilai dan mahalnya waktu serta nilai beramal di dalamnya. Tetapi itu terjadi setelah waktu itu sendiri berlalu. Yang pasti semua manusia akan menyesal dalam dua kondisi, entah menyesal karena keingkarannya atau karena sedikit amalnya. Namun penyesalan itu sudah tiada berguna lagi.

Pertama saat sakaratul maut. 
Ketika itu setiap manusia menginginkan agar diberi sejenak waktu lagi dan diakhirkan ajalnya supaya bias memperbaiki hidupnya yang rusak atau meraih kebaikan yang dahulu ia remehkan.

Kedua di akhirat. 
Yakni ketika setiap amal manusia dibalas, dan ahli syurga dimasukkan ke dalam syurga serta ahli neraka dimasukkan ke dalam neraka. Ketika itu setiap ahli neraka menginginkan jika dikembalikan lagi ke dunia dan memulai hidup baru dengan amal shalih tapi ketika itu semua sudah terlambat, masa amal telah berakhir, yang tinggal hanya pembalasan.

Namun sayang hal ini tidak diperdulikan oleh kebanyakan umat manusia. Bahkan pada saat ini orang begitu masa bodoh dengan nilai waktu dan sering menyia-nyiakannya. Hari-hari berlalu tanpa diperhitungkan pertanggungjawabannya. Padahal tidak sedikitpun waktu berlalu kecuali kita akan ditanya dengan apa mempergunakan detik-detik itu.
Ada memang manusia yang begitu perhatian dengan waktu, bahkan dalam benaknya waktu 24 jam sehari semalam itu kurang, namun semuanya mereka habiskan untuk urusan dunia. Jika demikian maka ia adalah orang yang bodoh. 
Mempersiapkan untuk sesuatu yang singkat dan meninggalkan sesuatu yang abadi. Dia bekerja keras siang malam tak seimbang dengan kemanfaatan yang di dapat untuk dirinya. Paling-paling hanya sekedar nikmatnya makanan di lidah atau kenikmatan materi sesaat lainnya. Dan sesungguhnya itulahgayahidup orang-orang kafir. Allah SWT berfirman : “dan orang-orang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka.” (QS:Muhammad:12)

Dengan memperhatikan hadits diatas, dimana kelak kita akan ditanya tentang 4 perkara, tentang umur kita selama kita hidup didunia ini, kita habiskan masa muda kita untuk apa ? 
Alangkah sangat menyesalnya kita, jika ternyata kita menghabiskan masa muda kita untuk hal-hal yang tidak berguna dan berdosa. 
Kita pun akan sangat menyesal apabila ternyata harta yang kita miliki, kita peroleh dengan cara yang tidak halal dan membelanjakannya untuk sesuatu yang tidak halal juga. Kita pun akan sangat menyesal kelak, apabila ilmu yang dianugerahkannya, justru malah kita gunakan untuk bermaksiat pada-Nya. Misalnya dengan menggunakan ilmu dan kepandaian kita miliki untuk menipu, memanipulasi dan berbuat kecurangan selama hidup kita.

Karena itu, sebelum terlambat, sebelum kematian mendatangi kita, marilah kita memanfaatkan waktu yang tersisa dari umur kita ini untuk hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat kita. Marilah kita perbanyak berbuat kebaikan, jangan menunda-nunda amal kebaikan, karena belum tentu besok kita masih punya waktu untuk melaksanakannya. Kita tidak pernah tahu kapan ajal datang menjemput kita. 
Dan alangkah sangat menyesalnya kita, apabila dalam hidup kita yang singkat ini, lebih banyak kita lewati dengan melakukan hal-hal yang akan kita sesali di akhirat kelak. Karena waktu yang sudah lewat, tidak akan pernah bisa kembali lagi.


Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!