Allah berfirman, “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi ?” Mereka
menjawab : “Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari. Maka
tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.” Allah berfirman : “Kamu
tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya
mengetahui.” (Al-Mu’minuun [23] : 112-114)
Ayat di atas merupakan dialog antara Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan
orang-orang yang telah meninggalkan kehidupan dunia ini. Di situ
digambarkan betapa singkatnya hidup di dunia, tidak lebih dari sehari
atau setengah hari. Bahkan lebih singkat dari itu. Tidak peduli kita
siap atau tidak, kehidupan ini akan berakhir dengan kematian. Ketika
saatnya tiba, tidak seorang pun yang bisa menunda walaupun sesaat.
“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan kematian seseorang apabila datang waktu kematiannya…” (Al-Munaafiqun [63]: 11)
Kita pasti mati. Tetapi itu bukan akhir dari segalanya. Bahkan inilah
awal dari kehidupan yang sesungguhnya, kehidupan yang abadi. Di sana
manusia tinggal menerima risiko dari apa yang dilakukannya selama hidup
di dunia. Pada akhirnya hanya ada dua pilihan ekstrim, ditempatkan di
surga dan merasakan hidup penuh kebahagiaan tanpa batas. Atau
sebaliknya, ditempatkan di neraka dan menderita selamanya tanpa batas.
Inilah risiko terberat bagi perjalanan hidup manusia. Tidak ada yang
lebih berat dari itu.
Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidak ada sesuatu yang
dialami anak Adam dari apa yang diciptakan Allah lebih berat daripada
kematian. Baginya kematian lebih ringan daripada apa yang akan
dialaminya sesudahnya.” (Riwayat Ahmad).
“…Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa…” (Al-Baqarah [2]: 197)
“Tiada suatu nafas yang terlepas dari kita, melainkan disitu pula ada
takdir Allah yang berlaku atas diri kita.” Karena itu, hendaklah kita
selalu menjaga, agar dalam setiap nafas kita, selalu kita upayakan
dengan sekuat tenaga, agar kita tetap berada dalam keimanan dan ketaatan
pada-Nya, serta jauh dari maksiat dan perbuatan dosa.
Banyak sekali orang yang membuang-buang waktunya hanya untuk hal-hal
yang tidak berguna. Dan kebanyakan dari mereka tidak menyadari bahwa
mereka telah mensia-siakan waktu yang tidak akan mungkin kembali lagi.
Perhatikan firman Allah SWT berikut ini: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr [59] : 18)
Dalam Al-Qur’an Surah Al-Ashr (103) ayat 1-3, Allah SWT berfirman yang artinya sebagai berikut :
- Demi masa.
- Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
- Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia memang benar-benar berada
dalam kerugian apabila tidak memanfaatkan waktu yang telah diberikan
oleh Allah secara optimal untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan baik.
Rasulullah SAW bersabda, ”Ada dua nikmat, di mana banyak manusia tertipu di dalamnya, yakni kesehatan dan kesempatan.”
(HR Bukhori).
Hadits ini menjelaskan pentingnya memanfaatkan kesempatan
(waktu), karena tanpa disadari banyak orang terlena dengan waktunya.
Imam Al-Ghazali dalam bukunya Khuluqul Muslim menerangkan
waktu adalah kehidupan.
Karena itu, Islam menjadikan kepiawaian dalam
memanfaatkan waktu termasuk di antara indikasi keimanan dan tanda-tanda
ketakwaan. Orang yang mengetahui dan menyadari akan pentingnya waktu
berarti memahami pula nilai hidup dan kebahagiaan.
Membiarkan waktu terbuang sia-sia dengan anggapan esok masih ada
waktu merupakan salah satu tanda tidak memahami pentingnya waktu,
padahal ia tidak pernah datang untuk kedua kalinya atau tidak pernah
terulang. Dalam pepatah Arab disebutkan ”Tidak akan kembali hari-hari
yang telah lampau.”
Rasulullah SAW bersabda : “Sebaik-baiknya manusia adalah orang
yang diberi panjang umur dan baik amalannya, dan sejelek-jeleknya
manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan jelek amalannya.” (HR. Ahmad)
Tidak ada sesuatu yang lebih berharga dari umur. Sedangkan umur manusia
begitu pendek, tak lebih dari beberapa puluh tahun. Lalu kelak dia akan
ditanya atas setiap detik waktu yang dilaluinya, dan apa yang ia lakukan
di dalamnya.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Barzah, bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Tidak
akan bergeser kedua kaki anak Adam pada hari kiamat sebelum ditanya
tentang 4 perkara : Tentang umurnya untuk apa ia habiskan, masa mudanya
untuk apa ia gunakan, hartanya dari mana diperoleh dan kemana
dibelanjakan, dan ilmunya, apa yang diamalkannya.” (HR. Tirmidzi)
Ibnu Abbas Radhiallahu anhu berkata : ada dua nikmat yang sering
membuat kebanyakan manusia tertipu, yakni kesehatan dan waktu luang.
Ibnul Khazin berkata : nikmat adalah sesuatu yang membuat nyaman dan
enak, sedang tertipu artinya membeli sesuatu dengan harga berlipat, atau
menjual sesuatu tidak sesuai dengan harganya.
Maka barangsiapa yang
sehat badannya dan memiliki waktu luang, tetapi ia tidak berusaha untuk
kebaikan akhiratnya maka ia laksana orang yang tertipu dalam jual beli.
Ironinya, kebanyakan manusia tidak memanfaatkan kesehatan dan waktu
luangnya, bahkan sebaliknya malah menggunakannya tidak pada tempatnya.
Rasulullah SAW bersabda artinya : “raihlah lima perkara sebelum
datangnya lima perkara, masa mudamu sebelum dating masa tuamu, sehatmu
sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu
dan hidupmu sebelum matimu”. (HR. Al-Hakim dishahihkan oleh Syaikh
Al-Albani).
Umur manusia adalah masa tanam di dunia, sedangkan masa panennya
adalah di akhirat. Karena itu, sungguh amat merugi jika manusia
menyia-nyiakan waktunya dan membelanjakan modalnya untuk sesuatu yang
tidak berguna. Barangsiapa yang tidak mengetahui besarnya nilai waktu,
sungguh akan datang kepadanya suatu masa tentang nilai dan mahalnya
waktu serta nilai beramal di dalamnya. Tetapi itu terjadi setelah waktu
itu sendiri berlalu. Yang pasti semua manusia akan menyesal dalam dua
kondisi, entah menyesal karena keingkarannya atau karena sedikit
amalnya. Namun penyesalan itu sudah tiada berguna lagi.
Pertama saat sakaratul maut.
Ketika itu setiap manusia menginginkan
agar diberi sejenak waktu lagi dan diakhirkan ajalnya supaya bias
memperbaiki hidupnya yang rusak atau meraih kebaikan yang dahulu ia
remehkan.
Kedua di akhirat.
Yakni ketika setiap amal manusia dibalas, dan ahli
syurga dimasukkan ke dalam syurga serta ahli neraka dimasukkan ke dalam
neraka. Ketika itu setiap ahli neraka menginginkan jika dikembalikan
lagi ke dunia dan memulai hidup baru dengan amal shalih tapi ketika itu
semua sudah terlambat, masa amal telah berakhir, yang tinggal hanya
pembalasan.
Namun sayang hal ini tidak diperdulikan oleh kebanyakan umat manusia.
Bahkan pada saat ini orang begitu masa bodoh dengan nilai waktu dan
sering menyia-nyiakannya. Hari-hari berlalu tanpa diperhitungkan
pertanggungjawabannya. Padahal tidak sedikitpun waktu berlalu kecuali
kita akan ditanya dengan apa mempergunakan detik-detik itu.
Ada memang manusia yang begitu perhatian dengan waktu, bahkan dalam
benaknya waktu 24 jam sehari semalam itu kurang, namun semuanya mereka
habiskan untuk urusan dunia. Jika demikian maka ia adalah orang yang
bodoh.
Mempersiapkan untuk sesuatu yang singkat dan meninggalkan sesuatu
yang abadi. Dia bekerja keras siang malam tak seimbang dengan
kemanfaatan yang di dapat untuk dirinya. Paling-paling hanya sekedar
nikmatnya makanan di lidah atau kenikmatan materi sesaat lainnya. Dan
sesungguhnya itulahgayahidup orang-orang kafir. Allah SWT berfirman :
“dan orang-orang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan
seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal
mereka.” (QS:Muhammad:12)
Dengan memperhatikan hadits diatas, dimana kelak kita akan ditanya
tentang 4 perkara, tentang umur kita selama kita hidup didunia ini, kita
habiskan masa muda kita untuk apa ?
Alangkah sangat menyesalnya kita,
jika ternyata kita menghabiskan masa muda kita untuk hal-hal yang tidak
berguna dan berdosa.
Kita pun akan sangat menyesal apabila ternyata
harta yang kita miliki, kita peroleh dengan cara yang tidak halal dan
membelanjakannya untuk sesuatu yang tidak halal juga. Kita pun akan
sangat menyesal kelak, apabila ilmu yang dianugerahkannya, justru malah
kita gunakan untuk bermaksiat pada-Nya. Misalnya dengan menggunakan ilmu
dan kepandaian kita miliki untuk menipu, memanipulasi dan berbuat
kecurangan selama hidup kita.
Karena itu, sebelum terlambat, sebelum kematian mendatangi kita,
marilah kita memanfaatkan waktu yang tersisa dari umur kita ini untuk
hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat kita. Marilah kita
perbanyak berbuat kebaikan, jangan menunda-nunda amal kebaikan, karena
belum tentu besok kita masih punya waktu untuk melaksanakannya. Kita
tidak pernah tahu kapan ajal datang menjemput kita.
Dan alangkah sangat
menyesalnya kita, apabila dalam hidup kita yang singkat ini, lebih
banyak kita lewati dengan melakukan hal-hal yang akan kita sesali di
akhirat kelak. Karena waktu yang sudah lewat, tidak akan pernah bisa
kembali lagi.